Mataparlemen.com – Dokter spesialis urologi dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dr. Andika Afriansyah memaparkan sejumlah cara untuk mencegah batu di saluran kemih, salah satunya dengan minum banyak air.
“Berapa banyak cairan yang kita harus konsumsi? Paling gampang, nggak usah diukur-ukur, nggak usah ditakar-takar, coba aja lihat warna kencingnya. Kalau kencingnya sudah kuning menuju jernih, itu sudah cukup,” ujar Andika dalam “Nyeri saat Buang Air Kecil? Waspadai Batu Saluran Kemih” yang disiarkan Kementerian Kesehatan di Jakarta,Rabu (28/2).
Dalam kesempatan itu, dia menjelaskan bahwa dehidrasi berkepanjangan adalah salah satu faktor risiko pengendapan di saluran kemih, yang akhirnya menjadi batu. Selain itu, ujarnya, apabila air pipis masih berwarna kuning atau kuning pekat, artinya air yang diminum belum cukup.
Dia menerangkan bahwa hal lain yang perlu diperhatikan dalam mencegah gangguan itu adalah pola makan. Menurutnya, penting untuk mengurangi asupan garam, baik dari garam dapur maupun pengawet makanan.
“Batasi asupan protein hewani. Jadi, protein-protein seperti daging merah itu dikurangi. Jadi, kalau memang dia risiko untuk batu ginjal, coba masuk ke protein nabati, seperti tempe, tahu, seperti itu,” kata dokter itu menyarankan.
Selain itu, katanya, perlu ada upaya untuk menurunkan berat badan bagi yang gendut. Menurutnya, orang yang gendut memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena gangguan itu dibandingkan mereka yang berat badannya ideal.
Dia menyarankan, apabila mau berolahraga, harus secara rutin, dan mengikuti olahraga aerobik agar batu di saluran kemihnya dapat turun.
“Kemudian, satu hal yang penting adalah, sebelum ada gejala, sebelum ada gejala yang berat, jika ada tanda-tanda yang mengarah ke batu ginjal, harus datang cepat ke dokter. Supaya batunya kecil bisa diobati, tidak usah masuk ke tindakan operasi,” dia menambahkan.
Dokter itu menyebut bahwa orang awam lebih mengetahui tentang batu ginjal, padahal batu ginjal hanyalah satu bagian dari gangguan batu saluran kemih.
Dia menjelaskan proses pembentukan batu tersebut, di mana sejumlah zat-zat tertentu, seperti garam, asam urat, apabila ada dalam konsentrasi atau jumlah tertentu, maka akan mengendap. Semakin banyak endapannya, kata dia, maka endapannya akan menggumpal, dan akhirnya menjadi batu.
Ukuran-ukurannya pun bermacam-macam. Dia menyebut bahwa ada yang sangat kecil seperti butiran pasir, ada yang sebesar bola tenis, dan ada pula yang lebih besar lagi.****
Komentar