Ganjar TakTerima Disebut di Kandangnya, Pengmat : Itu Hukuman Rakyat Karena Hina Jokowi

HEADLINE, POLITIK80 Dilihat

Mataparlemen.com  – Hasil quick count menunjukkan pasangan Capres-cawapres nomor urut 03, Ganjar-Mahfud kalah di Jawa Tengah dan Bali yang notabene disebut kandang banteng atau PDIP. Ganjar mengaku belum melihat kekalahan karena belum ada rekap penghitungan suara.

“Saya belum melihat kekalahan yang belum ada adalah rekapnya,” kata Ganjar kepada wartawan di rumah Butet Kartaredjasa, Kasihan, Bantul, Minggu (18/2/2024).

Ganjar mengaku belum melihat kekalahan di Pilpres karena di luar negeri pasangan Ganjar-Mahfud menang. Ganjar meminta agar pendukungnya mengikuti proses yang sedang berjalan saat ini.

“Karena ada yang menarik gitu ya, hari ini umpama hampir sebagian besar di luar negeri saya menang. Mari kita lihat, maka kita hati-hati tidak perlu marah, silakan ikuti proses kawan-kawan, para pendukung Ganjar-Mahfud,” ujarnya.

Ganjar juga mempersilakan para pendukung Ganjar-Mahfud untuk mengumpulkan data terkait adanya kecurangan saat Pilpres 2024. Menurutnya, sudah banyak masyarakat yang menampilkan cerita-cerita lucu terkait pilpres.

“Kumpulkan seluruh data. Publik, masyarakat sipil sudah menampilkan cerita-cerita lucu yang ada di setiap titik, mudah-mudahan menyadarkan kita semuanya,” ucapnya.

Semintara merujuk kepada hasil sementara hitung asli (real count) KPU yang dilihatpada hari Kamis (15/2/2024) pukul 21.18 WIB, Ganjar dan pasangannya, Mahfud Md, berada di posisi ketiga dengan raihan 17,95% atau sekitar 7 juta suara. Data ini diperoleh dengan suara yang masuk mencapai 44,56%, atau 366797 dari 823236 TPS di seluruh Indonesia.

Sementara di level partai, PDIP berada di posisi teratas dengan memperoleh 19,94 persen. Data ini diperoleh dengan jumlah suara masuk mencapai 4,69%.

Menaggapai hal tersebut Pengamat politik UGM Arya Budi menuturkan, ada kontribusi Presiden Jokowi dalam fenomena ini. Sampai saat ini, kata dia, magnet Jokowi untuk para pemilih masih cukup tinggi.

Sehingga dalam Pilpres 2024 ini meski Jokowi tidak secara gamblang menyatakan mendukung paslon nomor 2, tapi mampu memberikan efek ke Prabowo-Gibran. Dampaknya, suara partai dan capres menjadi berbanding terbalik.

“Suka atau tidak magnet Jokowi cukup tinggi, dia sebagai kader PDIP dan sebelumnya menjadi magnet pemilihnya Ganjar kemudian bergeser ke 02 karena Jokowi di sana,” katanya.

“Sementara caleg berkontribusi pada suara partai, sementara pemilih Ganjar yang menjadi mantan pemilih Jokowi di 2014 dan 2019 bergeser ke 02. Itu yang bisa menjelaskan dari split ticket voting antara PDIP dan Ganjar,” imbuhnya.

Adanya ‘Split Ticket Voting’

Arya menerangkan, berdasarkan pengalaman Pemilu mulai 2004 hingga 2019, capres terpilih otomatis mengangkat partai. Dia mencontohkan saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi terpilih, mereka juga mengerek Partai Demokrat maupun PDIP.

“Nah 2024 ini aneh, kenapa? Karena Ganjar suaranya sepertinya sama dengan atau lebih kecil dari PDIP. Aneh dalam skala nasional tapi tidak dalam kasus kecil,” ujarnya.

Dia membeberkan, anomali ini terjadi karena adanya split ticket voting. Di mana, pemilih memberikan suara yang berbeda untuk partai dan capres.

“Nah jadi PDIP memiliki problem antara figur capres dan partai. Pemilihnya secara psikologis memahami bahwa capres dan partai itu dua hal berbeda,” jelasnya.

Fenomena split ticket voting itu, menurut Arya, terjadi karena masyarakat tidak memiliki kedekatan dengan partai.

“Di Indonesia, orang yang punya kedekatan partai hanya sekitar seperlima atau kurang, 20-an persen atau kurang jika di luar periode pemilu, itu angkanya hanya 10-an persen. Nah sisanya orang swing jadi memilih capres dan partai itu dua entitas politik berbeda,” urainya.

Faktor lain, yakni terkait dengan caleg. Arya bilang berdasarkan hasil penelitian yang dia lakukan di Pemilu 2014 dan 2019 suara partai banyak disumbang oleh pemilih para caleg ditambah adanya kata – kata Ganjar yang menghina dan menyudutkan jokow.

“Suara PDIP itu bisa jadi disumbang sangat besar oleh para calegnya. Sementara simpatisan atau pemilih yang memilih caleg dari PDIP bisa jadi mereka memilih capres yang lain, karena kecewa terhadap ganjar yang telah menghuina Jokowi.” ujarnya.****

Komentar