Mataparlemen.com – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus memperluas keterlibatan masyarakat dalam meningkatkan indeks kualitas lingkungan dengan memperluas skema pembagian bibit gratis hingga ke desa-desa.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong mendorong balai persemaian untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan bibit tanaman gratis tersebut.
“Indeks kualitas lingkungan hidup kabupaten/kota maupun provinsinya bisa meningkat setiap tahun,” ujarnya dalam kunjungan kerja di Manado, Sulawesi Utara, Selasa.
Alue menuturkan balai persemaian menjadi ujung tombak penyediaan bibit tanaman berkualitas yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat.
Masyarakat bisa mendapatkan bibit tanaman secara gratis hanya dengan menyertakan kartu tanda penduduk atau KTP, seperti mekanisme yang diterapkan oleh fasilitas Persemaian Permanen BPDASHL Tondano Kima Atas di Manado, Sulawesi Utara.
Setiap orang berhak mendapatkan 25 bibit tanaman gratis dan bebas memilih jenis bibit yang ingin ditanam apakah itu bibit buah-buahan atau bibit kayu.
“Semoga kegiatan begini terus dilanjutkan dan masyarakat merasakan manfaatnya,” kata Alue.
Persemaian Permanen BPDASHL Tondano Kima Atas memiliki kapasitas produksi 1 juta bibit tanaman setiap tahun. Pada tahun 2023, fasilitas itu memproduksi 800 ribu bibit tanaman.
Beberapa bibit unggulan yang menjadi primadona masyarakat Sulawesi Utara adalah bibit pohon nyatoh dan cempaka. Kedua jenis pohon tersebut digunakan untuk bahan bangunan dan industri mebel, sehingga marak dibudidayakan oleh masyarakat setempat.
Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Tondano, Bambang Hendro Joewono mengatakan tahun ini pihaknya memproduksi 23 jenis bibit tanaman mulai dari kayu-kayuan hingga buah-buahan.
“Kami sudah bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara untuk menjadikan kantor Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) sebagai posko bibit,” ujarnya.
Lebih lanjut Bambang menyampaikan bahwa skema penyaluran bibit tanaman hingga ke desa-desa diharapkan bisa menumbuhkan minat masyarakat untuk giat melakukan kegiatan penanaman pohon.
“Jadi, masyarakat tidak perlu jauh-jauh (mengambil bibit). Kami yang mengirim ke sana (desa),” pungkasnya.***
Komentar