Mataparlemen.com – Lembaga Political Statistics (Polstat) merilis survei harapan publik terhadap Pilpres 2024. Hasilnya, mayoritas responden dalam survei tersebut menginginkan agar pilpres berlangsung satu putaran.
Survei ini digelar pada 4-7 Februari 2024 dengan sebanyak 1.200 responden. Populasi survei adalah seluruh WNI yang sudah mempunyai hak pilih atau seluruh penduduk Indonesia minimal berusia 17 tahun atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah.
Survei dilakukan melalui teknik pencuplikan secara acak sistematis (systematic-random sampling)denganmargin of error ±2,83%. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknis wawancara melalui telepon (telesurvei) dengan pedoman kuesioner.
Responden terdistribusi 50% laki-laki dan 50% perempuan serta 60 persen penduduk pedesaan dan 40% penduduk perkotaan. Survei juga dilengkapi dengan penelusuran data percakapan warganet (netizen) melalui media monitoring dari berbagai platform media sosial.
Responden diberikan pertanyaan ‘Manakah yang lebih Anda harapkan, Pilpres 2024 berlangsung satu atau dua putaran?’. Hasilnya sebagai berikut:
Satu putaran: 69,6%
Dua putaran: 19,2%
Tidak tahu: 11,2%
“Mayoritas publik atau 69,6% responden lebih menghendaki Pemilu 2024 (khususnya pemilihan presiden atau pilpres) cukup dilakukan satu putaran saja. Hanya 19,2% responden yang mengharapkan Pilpres 2024 dilakukan dalam dua putaran,” kata Direktur Riset Polstat Apna Permana dalam konferensi pers, Kamis (8/2/2024).
“Sementara 11,2% responden tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Polstat Indonesia atau menjawab tidak tahu,” sambungnya.
Apna menjelaskan dibandingkan hasil survei sebelumnya, persentase publik yang mengharapkan Pilpres 2024 satu putaran saja meningkat cukup signifikan, yakni dari 57,4% menjadi 69,6%.
Lebih lanjut ia menerangkan alasan responden ingin pilpres berlangsung satu putaran mayoritas, yakni 53,4% demi menghemat anggaran negara. Sedangkan 15,6% responden beralasan ingin mengakhiri ketegangan dan ketidakpastian politik.
“Mayoritas publik atau 53,4% responden lebih menghendaki Pemilu 2024 (khususnya pemilihan presiden atau pilpres) cukup dilakukan satu putaran saja dengan alasan demi penghematan anggaran negara. Dana yang puluhan triliun lebih baik dialokasikan untuk sektor-sektor peningkatan kesejahteraan rakyat,” terangnya.
Lalu sebanyak 10,5% responden berharap pilpres cukup satu putaran agar perekonomian nasional dapat bergulir kembali dengan normal. 8,7% responden ingin pilpres satu putaran agar kembali konsenterasi pada pembangunan, 7,5% responden ingin segera mempunyai presiden baru, 1,2% alasan lainnya dan 3,1% menjawab tidak tahu.
Polstat turut merilis pendapat publik terhadap debat capres-cawapres kelima Pilpres 2024. Survei Polstat menyampaikan mayoritas publik atau 71,5% responden menonton siaran debat 4 Februari 2024 lalu. Kemudian sebanyak 28,5% responden tidak menonton siaran langsung debat.
Dibandingkan dengan debat capres sebelumnya, 7 Januari 2024, terjadi penurunan persentase masyarakat yang menonton debat capres terakhir. Saat itu, kata dia, sebanyak 77,2% mengaku menonton siaran langsung debat di televisi.
“Berdasarkan analisis media monitoring yang dilakukan Polstat Indonesia banyak emak-emak pendukung paslon 02 yang sengaja tidak menonton debat terakhir karena tidak tega membayangkan capres idolanya yang gemoy di-bully oleh capres nomor 1 dan capres nomor 3,” ujarnya.
Polstat mengatakan hanya 15,8% responden yang suka kandidat melakukan serangan personal kepada kandidat lainnya. Sedangkan 84,2% responden kurang suka terhadap serangan tersebut.
Dari ketiga capres yang berkontestasi dalam Pilpres 2024, capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang dinilai responden paling sering menyerang personal, yakni sebesar 35,8%. Kemudian disusul capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo sebesar 18,9% dan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto 14,2%. Sebanyak 31,1% responden menjawan tidak tahu.***
Komentar